Tahun Baru Islam yang dimulai pada tanggal 1 Muharram 1446H Bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2025, menandai awal kalender Hijriyah dan menjadi momentum reflektif bagi umat Islam di seluruh dunia. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dari Makkah ke Madinah tidak hanya menjadi penanda sejarah perubahan social politik umat, tetapi juga simbol transformasi diri menuju kebaikan yang lebih hakiki. Dalam konteks kekinian, makna hijrah perlu ditafsirkan secara lebih luas sebagai upaya berkelanjutan untuk memperbaiki diri, menata hidup, dan berkarya demi kemaslahatan bersama.

Melalui semangat “Hijrahku Prestasiku”, tahun baru Hijriyah dapat dijadikan inspirasi untuk membangun pribadi unggul yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga aktif berkarya, berprestasi, dan memberi manfaat bagi sesama. Tema ini mengandung dorongan spiritual dan sosial untuk senantiasa bergerak dari stagnasi menuju produktivitas, dari kemunduran menuju kemajuan, serta dari kemalasan menuju kerja keras yang bermakna. Peristiwa ini dicatat dalam banyak ayat Alquran termasuk QS. At-Taubah ayat 20: “Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.” Secara konseptual, hijrah dapat dimaknai sebagai transformasi moral, spiritual, dan sosial. Dalam hadis sahih, Rasulullah saw bersabda: “Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hijrah tidak hanya dimaknai secara fisik, tetapi juga secara batiniah yakni berpindah dari perilaku tercela menuju akhlak mulia, dari kebodohan menuju ilmu, serta dari pasif menjadi kontributif. Prestasi sebagai Wujud Aktualisasi Hijrah Dalam kerangka pendidikan dan pembangunan karakter, prestasi adalah salah satu wujud nyata dari hijrah personal yang positif. Prestasi tidak hanya mencakup aspek akademik, tetapi juga mencakup moral, sosial, spiritual, serta keterampilan hidup (life skills). Semangat hijrah yang diwujudkan dalam bentuk karya dan prestasi menunjukkan bahwa seorang muslim tidak cukup hanya baik secara pribadi, tetapi juga harus produktif dan kontributif. Pandangan ini sejalan dengan filosofi pendidikan Islam yang mengedepankan integrasi antara iman, ilmu, dan amal. Al-Attas mengemukakan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menghasilkan manusia yang baik (insan kamil) yakni individu yang cerdas secara intelektual dan luhur secara moral. Dalam konteks ini, prestasi adalah bagian dari aktualisasi nilai hijrah menuju pencapaian diri yang paripurna.

Momentum Tahun Baru Hijriyah hendaknya dijadikan titik tolak pembaruan semangat dalam berkarya. Berkarya merupakan bentuk kontribusi nyata kepada masyarakat, bangsa, dan agama. Karya yang dimaksud dapat berupa tulisan, inovasi, layanan sosial, proyek lingkungan, teknologi, ataupun keterlibatan dalam kegiatan keumatan. Dalam Islam, setiap amal yang diniatkan karena Allah, sekecil apapun, memiliki nilai ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Zalzalah ayat 7-8: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya pula).

Semangat ini mendorong generasi muda, khususnya guru, pelajar ataupun peserta didik, untuk menjadikan momentum 1 Muharram sebagai tonggak produktivitas. Karya dan prestasi menjadi indikator hijrah yang autentik dan terukur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ranah pendidikan, tema “Hijrahku Prestasiku” dapat diimplementasikan melalui berbagai program pembinaan karakter dan pengembangan potensi peserta didik. Kurikulum yang integratif antara nilai spiritual dengan keterampilan abad ke-21 (4C: Critical thinking, Creativity, Collaboration, Communication) memungkinkan peserta didik untuk berhijrah dari pola pikir lama ke pola pikir baru yang lebih adaptif dan solutif. Pendidikan Islam harus menjadi wahana hijrah intelektual dan moral, yang membentuk peserta didik menjadi pribadi berprestasi, berakhlak, dan peduli terhadap lingkungan sosialnya. Madrasah dalam hal ini, berperan penting sebagai agen transformasi yang menumbuhkan semangat hijrah secara kolektif.

Tahun Baru Islam tidak hanya menjadi momentum seremonial, melainkan sarana refleksi dan reorientasi hidup. Melalui tema “Hijrahku Prestasiku: Mengukir Tahun Baru Islam dengan Karya”, kita diajak untuk tidak hanya mengenang peristiwa hijrah sebagai sejarah, tetapi menjadikannya inspirasi untuk melahirkan prestasi dan karya nyata dalam kehidupan modern. Hijrah adalah proses berkelanjutan menuju perbaikan diri dan masyarakat. Prestasi adalah indikator keberhasilan hijrah dalam bentuk nyata. Maka, marilah kita jadikan tahun baru ini sebagai awal hijrah menuju pribadi unggul yang beriman, berilmu, dan berkarya.

Penulis : Halik S. Maranting